Minggu, 10 Juni 2012

Sosiologi


Pengertian Nilai Sosial
Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan.  Dalam sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan, celaan, cemoohan, atau bahkan makian.  Sebaliknya, kepada orang-orang yang rajin beribadah, dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang yang pantas, layak, atau bahkan harus dihormati dan diteladani.
Apakah yang dimaksud dengan nilai sosial?
Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.
Macam-macam Nilai Sosial
Prof. Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) Nilai material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia, (2) Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai kerohanian, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan.
Nilai individual – nilai sosial
Seorang individu mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda, bahkan bertentangan dengan individu-individu lain dalam masyarakatnya. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagaian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai nilai individual. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat disebut nilai sosial.
Ciri-ciri nilai sosial:
  • Nilai sosial merupakan konstruksi abstrak dalam pikiran orang yang tercipta melalui interaksi sosial,
  • Nilai sosial bukan bawaan lahir, melainkan dipelajari melalui proses sosialisasi, dijadikan milik diri melalui internalisasi dan akan mempengaruhi tindakan-tindakan penganutnya dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tanpa disadari lagi (enkulturasi),
  • Nilai sosial memberikan kepuasan kepada penganutnya,
  • Nilai sosial bersifat relative,
  • Nilai sosial berkaitan satu dengan yang lain membentuk sistem nilai,
  • Sistem nilai bervariasi antara satu kebudayaan dengan yang lain,
  • Setiap nilai memiliki efek yang berbeda terhadap perorangan atau kelompok,
  • Nilai sosial melibatkan unsur emosi dan kejiwaan, dan
  • Nilai sosial mempengaruhi perkembangan pribadi.
Fungsi nilai sosial.
Nilai Sosial dapat berfungsi:
  • Sebagai faktor pendorong, hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan cita-cita atau harapan,
  • Sebagai petunjuk arah mengenai cara berfikir dan bertindak, panduan menentukan pilihan, sarana untuk menimbang penghargaan sosial, pengumpulan orang dalam suatu unit sosial,
  • Sebagai benteng perlindungan atau menjaga stabilitas budaya.
Kerangka Nilai Sosial
Antara masyarakat yang satu dengan yang lain dimungkinkan memiliki nilai yang sama atau pun berbeda. Cobalah ingat pepatah lama dalam Bahasa Indonesia:  “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, atau pepatah dalam bahasa Jawa:  “desa mawa cara, negara mawa tata”. Pepatah-pepatah ini menunjukkan kepada kita tentang adanya perbedaan nilai di antara masyarakat atau kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Mengetahui sistem nilai yang dianut oleh sekelompok orang atau suatu masyarakat tidaklah mudah, karena nilai merupakan konsep asbtrak yang hidup di alam pikiran para warga masyarakat atau kelompok. Namun lima kerangka nilai dari Cluckhohn yang di Indonesia banyak dipublikasikan oleh antropolog Koentjaraningrat berikut ini dapat dijadikan acuan untuk mengenali nilai macam apa yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat.
Lima kerangka nilai yang dimaksud adalah:
  • Tanggapan mengenai hakekat hidup (MH), variasinya: ada individu, kelompok atau masyarakat yang memiliki pandangan bahwa “hidup itu baik” atau “hidup itu buruk”,
  • Tanggapan mengenai hakikat karya (MK), variasinya: ada orang yang menganggap karya itu sebagai status, tetapi ada juga yang menganggap karya itu sebagai fungsi,
  • Tanggapan mengenai hakikat waktu(MW), variasinya: ada kelompok yang berorientasi ke masa lalu, sekarang atau masa depan,
  • Tanggapan mengenai hakikat alam (MA), Variainya:  masyarakat Industri memiliki pandangan bahwa manusia itu berada di atas alam, sedangkan masyarakat agraris memiliki pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam.  Dengan pandangannya terhadap alam tersebut, masyarakat industri memiliki pandangan bahwa manusia harus menguasai alam untuk kepentingan hidupnya, sedangkan masyarakat agraris berupaya untuk selalu menyerasikan kehidupannya dengan alam,
  • Tanggapan mengenai hakikat manusia (MM),            variasi: masyarakat tradisional  atau feodal  memandang orang lain secara vertikal, sehingga dalam masyarakat tradisional terdapat perbedaan  harga diri (prestige) yang tajam antara para pemimpin (bangsawan) dengan rakyat jelata.  Sedangkan masyarakat industrial memandang  manusia  yang satu dengan yang lain secara horizontal (sejajar).
Pengertian Norma sosial
Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat  apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat.
Apa hubungannya antara nilai dengan norma? Norma dibangun di atas nilai sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial. Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.
Berbagai macam norma dalam masyarakat
Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya terdapat:
  1. Tata cara atau usage. Tata cara (usage); merupakan norma dengan sanksi yang sangat ringan terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.
  2. Kebiasaan (folkways). Kebiasaan (folkways); merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, dst.
  3. Tata kelakuan (mores). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst.
  4. Adat (customs). Adat merupakan  norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, apabila adat  menjadi tertulis ia menjadi hukum adat.
  5. Hukum (law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang tegas.
Mode atau fashion.
Di samping lima macam norma yang telah disebutkan itu, dalam masyarakat masih terdapat satu jenis lagi yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang berkaitan dengan estetika atau keindahan, seperti pakaian, musik, arsitektur rumah, interior mobil, dan sebagainya. Norma jenis ini disebut mode atau fashion.  Fashion dapat berada pada tingkat usage, folkways, mores, custom, bahkan law.
Hubungan antara nilai dengan norma sosial
Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat. Di wilayah perdesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan telivisi swasta mulai dikenal, perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergesaran nilai, misalnya tentang kesopanan. Tayangan-tayangan yang didominasi oleh sinetron-sinetron mutakhir yang acapkali memperlihatkan artis-artis yang berpakaian relatif terbuka, sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat menjadi semakin longgar. Berbagai kalangan semakin permisif terhadap kaum remaja yang pada mulanya berpakaian normal, menjadi ikut latah berpakaian minim dan terkesan makin berani. Model rambut panjang kehitaman yang dulu menjadi kebanggaan gadis-gadis desa, mungkin sekarang telah dianggap sebagai simbol ketertinggalan. Sebagai gantinya, yang sekarang dianggap trendy dan sesuai dengan konteks zaman sekarang (modern) adalah model rambut pendek dengan warna pirang atau kocoklat-coklatan.  Jadi berubahnya nilai akan berpengaruh terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.



MOBILITAS SOSIAL

Mobilitas berasal dari kata mobilis, yang artinya mudah bermobilitas atau mudah dipindahkan. Mobilitas sosial adalah suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan  antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Mobilitas sosial menyangkut tiga hal pokok sebagai berikut.
  1. Perubahan kelas sosial, baik ke atas maupun ke bawah.
  2. Dialami oleh manusia sebagai individu maupun kelompok.
  3. Terjadi dampak sosial terhadap kelas sosial baru yang diperoleh individu atau kelompok.
Jadi, mobilitas sosial adalah suatu perubahan atau perpindahan kelas sosial, baik ke atas mapun ke bawah, yang dialami oleh individu atau kelompok sosial, sehingga memberikan dampak berupa kelas baru yang diperoleh individu atau kelompok tadi.
Ada beberapa jenis mobilitas sosial yang terdapat di masyarakat, yaitu sebagai berikut
1. Mobilitas Sosial Berdasarkan Tipe
a. Mobilitas vertikal
mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Jadi pergerakannya vertikal; dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas
b. Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu atau kelompok sosial dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
c. Mobilitas sosial lateral
Mobilitas sosial lateral disebut juga mobilitas geografis. Mobilitas lateral mengacu pada mobilitas perpindahan orang-orang, baik secara individu maupun kelompok, dari unit-unit wilayah (ruang) satu ke unit wilayah lain yang secara tidak langsung mengubah status sosial seseorang.
d. Mobilitas struktural
Menurut Bassis, mobilitas struktural adalah mobilitas yang disebabkan oleh inovasi teknologi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, peperangan, dan kejadian-kejadian lainnya yang mengubah struktur dan jenis kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Mobilitas Berdasarkan Ruang Lingkup
a. Mobilitas intragenerasi
mobilitas intragenerasi adalah mobilitas sosial yang dialami seseorang selama masa hidupnya (dalam satu generasi) atau berdasarkan riwayat hidupnya.
b. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi adalah mobilitas sosial yang terjadi antara dua generasi atau lebih. Mobilitas seperti ini terjadi karena adanya perubahan status sosial antara ayah dengan anak, anak dengan cucu, dan seterusnya. Mobilitas antargenerasi mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang yang telah memiliki keluarga sendiri dibandingkan dengan statsu sosial yang dimiliki orang tuanya.
Ada beberapa faktor pendorong mobilitas sosial diantaranya.
1. Status sosial
Setiap manusia secara hierarki berhak untuk memilih atau mengubah status sosial yang mereka terima sejak lahir.  Tetapi hal ini sangat tergantung pada sistem startifikasi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Pada sistem pelapisan terbuka, individu memiliki peluang besar untuk melakukan mobilitas sosial antar kelas.
2. Keadaan ekonomi
Mobilitas ini disebabkan oleh suatu sikap yang tidak mau menerima keadaan ekonomi yang sudah dimiliki sebelumnya. Upaya-upaya memenuhi atau meraih suatu kondisi perekonomian yang lebih baik ini akan mengarahkan seseorang pada kelas yang semakin tinggi dan menyebabkan terjadinya mobilitas sosial.
3. Situasi politik
Situasi politik dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek lain sehingga perubahan dalam kebijaksanaan politik akan memberikan peluang untuk melakukan mobilitas vertikal maupun horizontal.
4. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk yang diimbangi dengan penyediaan atau pengembangan kebutuhan dapat menjadi beban. Menurunnya tingkat kesejahteraan dan kemiskinan akan mendorong pula mobilitas horizontal dan mobilitas lateral, yakni ketika penduduk bermobilitas ke tempat-tempat yang lebih menguntungkan.
Faktor-faktor penghambat mobilitas sosial diantaranya.
1. Perbedaan ras dan agama
Diskriminasi (pembedaan) ras masih banyak terjadi di dunia, baik yang secara terbuka maupun secara terselubung. Perbedaan perlakuan ini akan sangat menghambat mobilitas sosial, sebab akses suatu kelompok masyarakat dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya dibatasi. Selain itu, mobilitas sosial juga dihambat oleh perbedaan agama dan kepercayaan yang dianut suatu masyarakat, jika masyarakat tersebut berpikiran dan berperilaku sempit.
2. Diskriminasi kelas
Hambatan juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap kelas sosial tertentu.
3. Pengaruh sosialisasi yang kuat
Sosialisasi adalah suatu proses di mana seorang anak belajar berpartisipasi menjadi anggota masyarakat. Jika proses sosialisasi ini berjalan baik, maka pola-pola perilaku, cara pandang, dan persepsi, akan tertanan dengan sangat kuat sehingga sulit dipengaruhi oleh unsur-unsur yang dianut kelas sosial lainnya.
4. Kemiskinan
Masyarakat miskin tidak memiliki akses yang memadai atas sarana informasi dan pendidikan, sehingga akhirnya tertinggal dari kelompok lain
5. Perbedaan jenis kelamin
Kenyataan saat ini masih banyak masyarakat yang memandang bahwa pria lebih superior. Hal ini mempengaruhi pencapaian prestasi, kekuasaan, dan status sosial yang dicapai oleh kebanyakan kaum wanita di seluruh dunia.
Saluran-saluran mobilitas sosial.
1. Angkatan bersenajata
Jasa seorang prajurit walaupun berasal dari kelas sosial yang lebih rendah, seorang prajurit dapat naik ke kelas atau kedudukan yang lebih tinggi karena telah memberikan jasa yang besar di kalngan rekan-rekannya dan karirnya jadi meningkat.
2. Lembaga keagamaan
Agama dianggap sebagai lembaga yang luhur dan penting dalam masyarakat. Sehingga para pemuka agama termasuk dalam kelas tinggi walaupun ia berasal dari kalangan bawah.
3. Lembaga pendidikan sekolah
kedudukan sekolah sebagai saluran mobilitas sosial menjadi sangat penting artinya, bukan saja karena seluruh rangkaian aktivitasnya direncanakan, berjenjang, dan terarah tetapi lembaga ini terbuka untuk dimasuki oleh berbagai golongan atau kelas sosial masyarakat. Jenjang atau tingkat pendidikan yang telah dicapai juga masih dijadikan simbol status sosial di hampir setiap masyarakat.
4. Organisasi atau perserikatan ekonomi
Orang-orang yang berhasil membangun, memiliki, ataupun terlibat secara kuat dengan lembaga ekonomi swasta atau pemerintah akan menempati kelas-kelas sosial tinggi.
Dampak mobilitas sosial.
1. Mendorong seseorang untuk maju
Seseorang yang berhasil naik ke kelas sosial yang lebih tinggi akan termotivasi atau terdorong untuk lebih berprestasi dan lebih maju sehingga dapat mempertahankan, atau bahkan meningkatkan, status sosialnya ke jenjang kelas yang lebih tinggi lagi.
2. Mempercepat perubahan sosial
Melalui mobilitas sosial, seseorang termotivasi untuk melakukan perubahan-perubahan perilakunya (kepribadian). Perubahan pola perilaku individual itu apda akhirnya akan mendorong terjadinya perubahan sosial.
3. Menimbulkan kecemasan dan ketegangan
Seseorang yang mengalami peningkatan atau penurunan kelas sosial akan terjadi kecemasan dan ketegangan karena situasi dan kondisi saat ini berbeda dari sebelumnya.
4. Keretakan hubungan dalam kelompok primer
Keretakan hubungan dalam kelompok primer terjadi ketika salah seorang yang mulanya merupakan anggota suatu kelompok kemudian mengalami perpindahan kelas sosial ke kelas sosial yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AULIA KHAIZAIRANI